Bagi masyarakat luas, sampah selalu saja di konotasikan sebagai hal negatif namun tidak bagi Syarifuddin Yusmar yang menyulap sampah menjadi sebuah usaha menguntungkan khususnya sampah plastik.
Tidak ada ciptaan yang sia-sia adalah sabda yang dijadikan sebagai dasar geraknya sehingga sampah pun tidak luput dari penglihatan dimata Dosen salah satu perguruan tinggi di Bone itu.
Baginya sampah dari tahun ke tahun menjadi masalah yang selalu menuntut penanganan agar tidak menjadi tumpukan-tumpukan yang meresahkan bagi masyarakat sekitarnya.
Namun, untuk membuatnya menjadi hal yang bernilai, Tidak begitu mudah bagi Syarifuddin karena dirinya harus melarung ke tanah Jawa. Sebab, di Bone ia bisa di katakan orang pertama yang begitu sungguh-sungguh menjadikan usaha besar untuk sampah plastik ini.
Saat bertualang ke pulau Jawa, ia sempat bertemu dengan mantan istri pedangdut Nassar, yaitu Musdalifah yang juga di luas pekarangan rumahnya terdapat pabrik pengolahan yang berbahan mentah sampah plastik. Meski pada akhirnya ada beberapa tempat yang di kunjunginya untuk menjadikannya mantap dalam menangani sampah-sampah yang dulunya berserakan di Kabupaten Bone itu.
Tempat pengolahan sampah miliknya yang beralamat di Pasar Sentral Palakka hingga saat ini mengolah sekitar 36 jenis plastik dan kerumitan menurutnya terletak pada pemisahan-pemisahan setiap jenis plastik itu sendiri. Sebab, ketika plastik-plastik tidak dipisahkan tidak dapat diolah atau hasilnya tidak berharga. Olehnya itu setiap plastik harus dipisah berdasarkan jenisnya.
Bergelar Doktor tidaklah menjadi penghambat untuknya bersentuhan langsung dengan sampah yang dianggap kebanyakan orang adalah sesuatu menjijikan. Meski tatapan yang sifatnya merendahkan beberapa kali bahkan berkali-kali ia terima.
Jika banyaknya usaha di bangun atas asas untuk menghasilkan uang. Ada hal menarik dari Syarifuddin itu, ia lebih menikmati usaha yang di gelutinya sekarang sebagai kesenangan atau hobi daripada memposisikannya sebagai mesin pencetak lembaran rupiah.
Bahkan pabrik pengolahan dibuatnya sendiri dan sampai sekarang pabrik-pabrik itu sudah diperjual-belikan hingga beberapa pemiliknya tersebar di beberapa kabupaten, Palopo salah satunya.
Sekarang dukungan berkucuran dari beberapa kalangan tidak terkecuali pemerintah untuk usahanya itu. Karena selain penanganan, usaha ini juga menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat-masyarakat Bone tanpa mematikan pemulung yang lebih dulu. Terbukti Syarifuddin bekerja sama dan merangkum beberapa pemulung yang dulu untuk memudahkannya dalam transaksi jual-beli sampah plastik.
Ketakutan-ketakutan bila usahanya mendapat saingan di bidang yang sama tidak pernah muncul di benaknya. "Saya tidak pernah merasa takut bila suatu saat nanti ada beberapa usaha bermunculan seperti saya, artinya sampah ini mendapatkan lagi perhatian yang bertambah dan seharusnya kita bersyukur jadi saya bisa berpindah ke usaha yang lain". Tutupnya. (BCM. Hmk)
0 Komentar